Kamis, April 16, 2009

HUKUM KARMA DAN HUKUM TABUR TUAI


Orang-orang percaya pada saat ini lebih mengenal hukum karma dibandingkan hukum tabur tuai. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena hampir di setiap acara TV, disajikan tampilan-tampilan yang menayangkan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hukum karma.

Apa itu karma?

Karma adalah apapun yang anda lakukan baik itu secara ragawi maupun melalui jalan pikiran, dari pagi hingga malam, sepanjang hari, bulan, tahun dan seumur hidup anda, semenjak anda lahir sampai mati.

Tahap-tahap karma sebagai berikut: Pertama, kriyama karma, yang berarti sebuah tindakan dilakukan pada saat ini secara instant kemudian menghasilkan pahala dan akibat pada saat ini juga; Kedua, sanchit karma (karma komulatif), yaitu karma atau tindakan yang pernah dilaksanakan pada saat atau waktu-waktu yang lalu, namun belum matang pahalanya jadi tertunda sampai saatnya kelak, sampai pada suatu saat tertentu yang tepat. Selama belum tiba saatnya, maka karma ini bersifat balans dan terkumpul terus; Ketiga, prarabdha karma, berarti hasil dari semua tindakan sanchit karma yang telah matang, akan menghasilkan pahala. Biasanya fenomena ini oleh manusia awam disebut kebetulan, nasib, keberuntungan, takdir, kodrat, dsb.

Ada dua macam karma, yaitu karma baik dan karma buruk. Karma baik adalah segala perbuatan atau pikiran yang mengarah kepada hal yang baik. Sedangkan karma buruk adalah segala perbuatan atau pikiran yang mengarah kepada hal yang buruk. Karma baik atau karma buruk ini dikumpulkan oleh seseorang selama dia hidup, untuk menentukan wujud kelahiran jiwa kembali di masa mendatang. Oleh karena itu, karma berkaitan erat dengan reinkarnasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Hidup manusia sekarang dipengaruhi oleh perbuatan di masa lalu, dan kehidupan yang akan datang dipengaruhi oleh kehidupan masa sekarang.

Reinkarnasi adalah proses kelahiran kembali di masa mendatang. Orang Hindu percaya bahwa mereka akan lahir kembali sebanyak 8.400.000 kali sebelum jiwanya dapat selamat dari perangkap samsara. Samsara berarti "mengembara" dan menunjuk pada pengembaraan jiwa dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain, dari masa kehidupan yang satu ke masa kehidupan yang lain, dari lahir, hidup, sampai mati.

Kitab Bhagavad Gitta mengajarkan bahwa melakukan perbuatan amal dan hidup dengan tidak mementingkan diri sendiri, merupakan satu-satunya cara supaya dapat dilahirkan kembali dengan sedikit mungkin karma. Karma yang buruk memastikan bahwa jiwa manusia akan kembali pada kehidupan yang akan datang dengan tingkat yang lebih rendah.

Seseorang akan terlepas dari hukum karma apabila dia sudah terlepas dari roda kehidupan, yang disebut moksa.

Apa itu hukum tabur tuai?

Dalam Alkitab kita mengenal sebuah hukum yang hampir sama dengan hukum karma, namun sebenarnya berbeda jauh. Hukum ini dinamakan hukum tabur tuai. "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7). Setiap perbuatan yang ditaburkan seseorang semasa dia hidup, pada beberapa waktu kemudian dia akan menuainya, inilah yang dinamakan hukum tabur tuai. Seperti halnya seorang petani padi. Benih-benih padi yang sudah dia taburkan dalam beberapa waktu kemudian akan menguning dan siap untuk dituai. Tidak mungkin benih padi yang ditaburkan, yang dituai gandum. Contoh lain yang nyata dari hukum tabur tuai adalah coba Anda tersenyum dan mengatakan selamat pagi kepada seseorang yang ditemui di jalan. Pasti secara langsung orang tersebut akan membalas dengan senyuman dan berkata "selamat pagi juga." Ini merupakan akibat langsung dari perbuatan yang sudah dilakukan. Untuk membuktikan hal lain, coba Anda cemberut kepada seseorang, maka dia akan balas memberikan muka cemberut kepada kita.

Alkitab banyak menuliskan mengenai hukum tabur tuai. "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam" (Kejadian 8:22). "Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliuang" (Hosea 87a). "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga" (II Korintus 9:6).

Contohnya dalam kisah Haman dalam Ester 5:14 di mana dia menyuruh orang untuk mendirikan tiang gantungan. Tujuannya adalah untuk menggantung Mordekhai yang tidak menghormati dia. Tetapi apa yang terjadi, justru jauh dari apa yang diperkirakan Haman sebelumnya. Tiang gantungan itu didirikan bukan untuk Mordekhai, malah bagi dirinya sendiri. Akhirnya, Haman mati digantung oleh tiang gantungan yang dibuatnya sendiri.

Seringkali orang beranggapan keliru. Dia melakukan perbuatan baik di masa hidupnya tidak hanya dimaksudkan untuk memperoleh balasan berbuat baik dari orang lain. Seorang Kristen melakukan perbuatan baik itu merupakan ungkapan terima kasihnya karena dia sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang sudah diberikan Tuhan Yesus. Di mana segala dosa dan pelanggaran hidupnya dihapuskan oleh kematian Tuhan Yesus di kayu salib.

Hukum tabur tuai ini akan berakhir pada saat seseorang tersebut meninggal dunia. Segala perbuatannya, entah baik atau jahat, berhenti di sini. Sebab orang Kristen tidak mengenal adanya reinkarnasi. Yang ada adalah kebangkitan kekal.

Apa persamaan dan perbedaannya?

Persamaan Hukum Karma dan Hukum Tabur Tuai

- Ada karena dosa

- Sama-sama hukum sebab akibat

- Menabur apa yang dituai seseorang

Perbedaan Hukum Karma dan Hukum Tabur Tuai

HK: Dasarnya dari ajaran agama Hindu

HT: Dasarnya dari Alkitab

HK: Melakukan selama hidup seseorang, tapi menuainya di kehidupan mendatang

HT: Melakukan sema dia hidup dan menuai pada masa hidupnya pula

HK: Karma menentukan wujud di kehidupan mendatang

HT: Perbuatan tidak menentukan di kehidupan mendatang

HK: Keselamatan ditentukan oleh karma seseorang

HT: Keselamatan ditentukan oleh anugerah Tuhan

Sikap sebagai orang Kristen bagaimana?

Setelah mengetahui perbedaan di antara kedua hukum di atas, kita sebagai orang Kristen harus bertindak kritis. Tidak mudah terpengaruh atau ikut-ikutan dengan orang lain. Kita harus menolak pengajaran tentang hukum karma, sebab itu di luar iman Kristen. Yang harus diyakini adalah bahwa ada hukum tabur tuai. Di mana kita seharusnya melakukan hal-hal yang baik semasa hidup agar meninggalkan kesan baik sewaktu meninggal dunia. Seperti kata pepatah "Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan kesan." Pertanyaannya, apakah kita sudah berbuat hal yang terbaik untuk meninggalkan kenangan yang baik terhadap apa yang sudah kita perbuat semasa hidup.

Prinsipnya adalah menaburlah terus apa yang baik, jangan pikirkan kapan kita akan menuainya. Mungkin di masa kita hidup, kita tidak bisa menikmati hasilnya. Bisa jadi anak cucu kita yang akan menikmati taburan kita kelak. Ibarat seseorang yang menanam biji durian, dia tidak langsung menerima hasil buah durian itu. Harus menunggu 10 sampai 13 tahun lagi. Dan bila kita tidak sampai menikmati hasilnya, ada anak-anak kita yang pasti akan menikmatinya. Selamat berbuat hal yang baik. Tuhan Yesus memberkati.

Daftar Pustaka

Tedjo, Tony, Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu (Bandung: Agape, 2008)

www.shantignya.tripod.com

1 komentar:

William Gautama mengatakan...

Karma mempunyai arti perbuatan atau juga dapat disebut hasil dari perbuatan itu sendiri. Seseorang yang terkena karma maka dia telah terkena akibat atau hasil perbuatannya di masa lampau atau disaat itu juga, entah berupa karma baik karena perbuatan baik atau karma jelek karena menyakiti atau merugikan orang lain.

Akan tetapi menurut pengertian karma, sesungguhnya kata karma berarti berbuat, lain tidak. Hal ini berhubungan dengan tujuan hidup manusia yang sebenarnya adalah mengerti, sesuai dengan filsafat timur.

Kesenangan bukan menjadi tujuan akhir, melainkan pengertian, sebab kesenangan tidak bersifat kekal. Hal itu merupakan sifat dari lahiriah saja.

Apabila manusia menjadi sadar bahwa kesenangan mempunyai batas-batas tertentu, maka segala yang menggirangkan atau menyulitkan akan lewat dengan tidak menggoncangkan jiwanya. Dari pengalaman tersebut maka akan dapat menimbulkan karakter.

Kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa watak atau karakter manusia diakibatkan dari pengalaman manusia itu sendiri. Tidak seorangpun manusia yang tiba-tiba menjadi orang yang besar tanpa adanya suatu usaha. Dari usaha tersebut manusia akan mendapatkan kepedihan, kesengsaraan, dll.

Dengan adanya kesengsaraan tersebut maka dapat dijadikan api untuk membangkitkan semangat juangnya, sehingga manusia akan terbawa oleh arus keinginan untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya.

Dari pengalaman serta kegetiran yang dialami manusia akan menimbulkan suatu pengertian. Tidak ada manusia yang tiba-tiba mengerti tanpa adanya suatu pengalaman. Jikalau seseorang berkata bahwa ia sudah mengerti, berarti pengertian itu sudah terbuka didalam dirinya.

Pengertian itu diibaratkan sebagai sebuah api yang berada didalam sebuah batu api yang akan melentik keluar apabila batu itu digosokkan. Hal yang demikian terdapat didalam diri manusia. Karena terlalu tebalnya lapisan-lapisan yang membungkus pengertian , maka banyak manusia tidak sadar atau tidak tobat sehingga tidak mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya.

Pengertian itu akan terbuka sedikit demi sedikit sebab karma tetap berjalan menyusuri jalannya meskipun diperhatikan atau tidak diperhatikan sama sekali.

Jadi segala sesuatu yang kita kerjakan adalah suatu bentuk karma itu sendiri, sebab semua gerak-gerik kita baik secara lahir maupun batin meninggalkan bekas-bekas. Jadi pengaruh dari karma adalah tidak terkatakan besarnya.

Dari istilah karma, kita tahu tidak ada yang serba gratis didunia ini. Dalam hal ini karma yang akhirnya menentukan bagian-bagian yang layak diterima oleh manusia sesuai dengan perbuatannya. Apabila manusia mau berbuat ke-baikan tanpa memasalahkan kerugian atau keuntungan maka itulah yang disebut menjalankan karma dengan benar.

Karma mengajarkan kepada manusia supaya tidak berbuat jahat, berpura-pura baik namun sesungguhnya memendam suatu rancangan jahat. Pura-pura alim, berlaku malas, tidak senang bekerja serta berusaha dan iri terhadap apa yang telah dicapai oleh orang lain. Karma tidak mengajarkan demikian. Karma menganjurkan agar manusia bergerak dalam segala bidang sesuai dengan kemampuannya.

Setiap orang harus berusaha mencapai apa yang dicita-citakan. Akan tetapi dalam berbagai usaha kita harus dapat mengukur kekuatan yang ada. Kalau kita bekerja tanpa menghiraukan kekuatan sendiri maka bukan kebaikan yang akan dicapai tetapi kejelekan yang didapat. Sudah tentu manusia akan menjadi patah serta runtuh karena terlalu banyak yang dikerjakan sedangkan kekuatannya tidak mengijinkan untuk itu.

Kewajiban diri sendiri jangan disamakan dengan kewajiban orang lain. Jangan pula orang menjadi sok melakukan kewajiban orang lain yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

Kita tidak boleh mempunyai pamrih atas apa yang telah kita lakukan dan kita tidak boleh membanggakan diri bahwa kita dermawan, padahal perbuatan kita dilandasi oleh suatu pamrih tertentu.

Kalau kita berbicara tentang karma maka kita tidak lepas dari apa yang dinamakan kewajiban. Kewajiban sendiri tentu berbeda-beda serta banyak sekali ragamnya. Sedang kewajiban kadang tidak mengenakkan, mau tidak mau harus dilakukan.

Hal demikian, kewajiban yang disertai dengan perintah akan tetapi kewajiban yang disertai dengan ikhlas menjadi lain adanya. Tanpa adanya hati yang tulus maka segala apa yang kita kerjakan akan menjadi macet ditengah jalan.

Kesadaran akan kewajiban yang dilakukan bahwa kita dituntut oleh kewajiban yang tidak bisa begitu saja kita tinggalkan walaupun itu amat berat sekali. Kewajiban yang beratpun akan menjadi amat ringan dan kita akan melakukan dengan dengan senang hati apabila disertai dengan cinta kasih sesama manusia serta kesadaran yang tinggi.

Jadi dengan adanya keterangan ini maka dapat disimpulkan bahwa latihan karma adalah latihan batin. Dapat dilakukan pada setiap saat dan dimana saja. Dengan mengendalikan hawa nafsu, berbuat baik serta mau menolong sesama tanpa pamrih maka kita telah menjalankan karma (Siu Tao).

demikian penjelasan dari saya mengenai karma secara lengkap,karena penjelasan anda kurang tepat menurut pandangan saya.

salam Tao,