Allah menghendaki umat-Nya hidup dalam kecukupan dalam memenuhi semua kebutuhannya. Allah memenuhi kebutuhan-kebutuhan bangsa Israel di saat Dia membawa mereka ke luar dari Mesir (Kel 16:13-35; 17:1-7).
Rencana Allah bagi manusia dalah keberka dan mendapat penghasilan (Kej 2:15-17; 2:17-19; Rom 8:19-22). Rencana Allah untuk mencurahkan berkat keuangan kepada umat-Nya untuk belajar memberi. Karena Allah adalah pemberi (Yoh 3:16; Ef 2:8; Rom 8:32). Allah juga menghendaki umat-Nya untuk melakukan hal yang sama (KPR 20:35).
“Barangsiapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal mammon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? ... seorang hamba tidak dapat mengbadi kepada dua tuan. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mammon“ (Luk 16:10-14). “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada“ (Mat 6:21; Luk 12:34).
KEBENARAN ALKITAB TENTANG UANG
1. Kristus sebagai Tuhan dan uang sebagai hamba
- Berhala yang pernah dibandingkan dengan Kristus adalah mammon. Oleh sebab itu seseorang tidak dapat menjadikan Kristus sebagai Tuhan, sebelum ia menjadikan uang sebagai hambanya.
- Uang adalah hamba yang baik, namun dia adalah tuan yang jahat.
2. Cara menjadikan uang sebagai hamba
- Setia dalam perkara kecil (Luk 16:10). Setia dalam perkara kecil juga bisa berbicara tentang keuangan. Kesetiaan seseorang dapat diukur dari cara seseorang mengatur keuangan.
- Mengelola keuangan yang Tuhan percayakan untuk kemuliaan-Nya. Allah adalah owner (pemilik) semua harta benda kita, sedangkan kita hanya pengelola saja dari apa yang sudah Tuhan percayakan kepada kita.
3. Prinsip keuangan Kerajaan Allah
Allah memberkati bisa melalui tiga cara ini, yakni:
1. Setia mengatur: Priotitas (Mat 6:33; 1 Tim 6:6-10); membayar hutang (Rom 13:6-7); dan tepat janji (Ams 28:20).
2. Setia menerima: Dalam doa (Mat 6:11) dan dalam kerajinan (2 Tim 3:10).
3. Setia menabur: kepada orang miskin (Ams 28:27); kepada pekerjaan Tuhan (gereja dan hamba Tuhan); dan kepada saudara seiman lainnya.
MENGELOLA KEUANGAN KELUARGA
1. Keterbukaan dan kesepakatan di antara kedua pasangan.
TERBUKA : Pemasukan dan pengeluaran (rutin /tidak)
Catat semua pemasukan suami dan isteri
SEPAKAT = DISETUJUI
Uangmu uangku, uangku uangmu
2. Mencukupi kebutuhan (sandang, pangan, papan), bukan kemauan (keinginan atau hawa nafsu). Tidak konsumerisme; memperhitungkan /merencanakan; investasi masa depan; mengucap syukur.
3. Menghindari hutang
Kartu kredit, bank, pinjaman tunai
Suatu studi literatur mengenai kecenderungan perilaku orang-orang kaya di Amerika dan Asia, menyebutkan bahwa habitus kelompok sosial ekonomi atas (orang kaya) adalah sebagai berikut: Pertama, mereka menikmati hidup dengan standart jauh di bawah kemampuan mereka yang sebenarnya. Sekalipun secara keuangan mereka mampu untuk membeli barang-barang yang lebih mahal; Kedua, biaya konsumsi mereka jauh di bawah penghasilan rutin yang mereka peroleh. Jika mereka punya penghasilan rutin Rp 40 juta perbulan, maka mereka hanya menggunakannya sekitar Rp 10-15 juta perbulan untuk kebutuhan bulanan keluarganya; Ketiga, kebiasaan menyisihkan dana untuk tabungan dan investasi dulu, baru kemudian menyisakan yang lainnya untuk konsumsi rutin setiap bulannya. Bukan menggunakan penghasilannya untuk konsumsi dan sisanya baru ditabung dan diinvestasikan. Mereka terbiasa memikirkan bagaimana uang mereka bisa ditabung dan diinvestasikan agar berkembang lebih maksimal.
(Tony Tedjo, M.Th)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar