Selasa, Juli 31, 2007

BERKOMUNIKASI DALAM KELUARGA

Menjaga komunikasi yang baik sangatlah diperlukan untuk melangsungkan keharmonisan sebuah keluarga. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Cara ini biasa disebut dengan bahasa verbal. Namun bila cara ini mengalami kesulitan, bisa dipakai komunikasi dengan bahasa non-verbal atau bahasa isyarat. Misalnya menggelengkan kepala, mengangkat bahu, tersenyum, atau mengedipkan mata.

Ada tiga hal dalam upaya untuk menjaga hubungan komunikasi yang baik di antara sesama anggota keluarga:

1. Keterbukaan.
Dalam bukunya "Herein Is Love", Reuel Howe berkata, "Jika ada sesuatu yang sangat diperlukan oleh pengantin baru dalam memulai hidup bersama, bagaimana pun juga, itu adalah komunikasi yang terbuka di antara keduanya." Tanpa keterbukaan bisa berakibat mis-komunikasi atau kesalahpahaman.
Bila antar pasangan tidak saling terbuka, maka bisa saja menimbulkan prasangka negatif antara suami dan isteri. Misalnya: suami kedapatan oleh isterinya dengan ngobrol berduaan dengan wanita lain. Bila suami tidak menjelaskan mengenai wanita yang baru saja mengobrol dengannya, maka dapat menimbulkan kecemburuan dan kesalahmengertian. Isteri akan menyangka kalau wanita tersebut teman selingkuhan suaminya. Sebaiknya suami menjelaskan lebih dahulu kepada isterinya, sebelum ada orang lain yang menjelaskan tentang wanita tersebut. Seringkali orang ketiga yang memberikan kabar menambah-nambahi beritanya. Apalagi bila ada sentiment pribadi, tentu saja berita yang diceritakan dibesar-besarkan, sehingga membuat isteri bertambah curiga dan memvonis suaminya benar-benar selingkuh.

2. Menjadi pendengar yang baik.
Menjadi pendengar yang baik adalah orang yang respek terhadap lawan bicaranya. Dalam kamus Webster's New World Dictionary, salah satu definisi yang diberikan untuk kata respek adalah, "merasakan atau memperlihatkan hormat atau penghargaan." Dengan berdiam dan mendengarkan, berarti kita menaruh hormat dan menghargai orang yang sedang berbicara.
Seseorang menyarankan bahwa mendengarkan sungguh-sungguh dengan mulut terkatup adalah dasar ketrampilan berkomunikasi yang dibutuhkan dalam pernikahan. Mendengar efektif berarti jika seseorang sedang berbicara, anda tidak boleh memusatkan pikiran pada apa yang akan anda katakan saat ia selesai berbicara, melainkan pada apa yang ia utarakan. Menjadi pendengar yang baik dalam menjaga hubungan antara anggota keluarga sangatlah penting. Bila suami sedang berbicara seharusnya isteri memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan seluruh isi pembicaraan itu dengan utuh, tanpa dipotong oleh aktivitas lain. Bila ucapan kita mau dihargai dan didengarkan orang lain, tentunya kita sendiri harus mau mendengarkan apa yang sedang dikatakan oleh orang lain kepada kita. Singkatnya “dengarkanlah perkataannya bila perkataanmu mau didengarkan olehnya.”

3. Menerima pasangan apa adanya.
Menerima pasangan kita apa adanya merupakan hal lain yang mesti diperhatikan dalam menjaga hubungan komunikasi keluarga. Tanpa adanya penerimaan antar suami dan isteri, maka salah satu pasangan akan mengalami pelecehan. Bila suami tidak mau menerima keadaan isterinya apa adanya, termasuk dalam berkata-kata. Maka tanpa disadari, setiap perkataan yang keluar dari mulut isteri akan diacuhkan, diremehkan, dan dilecehkan. Ini merupakan komunikasi yang tidak baik. Solusinya bagaimana, terimalah pasangan kita apa adanya, juga dalam berkata-kata.

Keutuhan hubungan komunikasi yang baik perlu dijaga dan dipertahankan. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik, niscaya semua anggota keluarga akan berbahagia. (Tony Tedjo)

Tidak ada komentar: