“Semuanya ini kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku” (Yohanes 16:1).
Andi merupakan salah satu aktivis dari sebuah gereja di kota Bandung. Dia aktif melayani dalam bidang musik. Setiap ibadah Minggu dia selalu tampil mengiringi musik di gerejanya. Terkadang pada hari Minggu dia harus melayani tiga kali. Namun belakangan ini dia tidak nampak batang hidungnya. Selidik punya selidik ternyata penyebabnya karena dia merasa kecewa terhadap sikap gembala sidangnya.
Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi pada diri Andi selaku aktivis gereja. Terkadang, seorang hamba Tuhan pun mengalami perasaan kecewa. Misalnya kecewa terhadap kebijaksanaan sinodenya. Hal seperti ini manusiawi. Sebab hamba Tuhan pun memiliki keterbatasan.
Kecewa berarti kecil hati, tidak senang, atau tidak puas karena tidak terkabul keinginan atau harapannya. Orang bisa menjadi kecewa disebabkan berbagai hal seperti: tidak terima terhadap teguran, merasa tidak dihargai pendapatnya, tidak lagi mendapat perhatian (diabaikan), diperlakukan secara tidak adil, dan sebagainya. Sikap yang nampak dari orang-orang yang kecewa biasanya dia akan cenderung pasif, tidak bergairah, lebih memilih mundur, atau menunjukkan sikap pemberontakkan.
Perasaan kecewa ini bila dibiarkan akan berdampak buruk, baik secara fisik maupun kejiwaan. Secara fisik orang-orang yang kecewa akan menunjukkan muka yang muram (tidak ada sukacita), berpikiran negatif, dan mudah menyalahkan orang lain. Secara kejiwaan, dia akan stres dan frustrasi. Bila dibiarkan bisa menimbulkan sakit penyakit. Bahkan, hal yang sangat disayangkan adalah ada orang-orang tertentu yang karena kecewa sampai menyalahkan Tuhan. Menganggap Tuhan tidak adil dan jahat (sebab orang yang dikasihinya meninggal).
Bila tidak ada pemberesan, maka orang-orang yang kecewa ini akan pergi menyebarkan rasa kecewanya kepada orang-orang yang tergabung dalam komunitasnya. Bila dia pindah gereja, maka dapat dipastikan bahwa di tempat yang baru pun dia akan merasa kecewa, sebab ternyata di tempat yang baru pun dia dikecewakan lagi. Memang, di dalam gereja pun terdapat berbagai kekurangan. Gembala sidang juga kan manusia biasa. Masalahnya adalah bagaimana sikap seseorang apabila mengalami perlakuan yang bisa membuatnya kecewa. Apakah terlarut dalam rasa kecewanya ataukah mau melupakan dan mau berbesar hati menerima apa yang sudah diputuskan.
Sikap yang tepat untuk mengatasi rasa kecewa yaitu berdamai dengan Tuhan. Hal ini menyangkut hati. Minta Tuhan untuk memulihkan hati yang kecewa tersebut, agar digantikan dengan sukacita dan damai sejahtera. Kedua, tetap mengucap syukur. Biasanya orang-orang yang kecewa susah mengucap syukur. Ucapan syukur dapat mengubah rasa kecewa menjadi damai sejahtera. Bila kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah ucapan syukur, maka hati pun akan gembira. Dan hati yang gembira adalah obat yang manjur. Ketiga, tidak mempersalahkan siapa-siapa. Bila dikecewakan dengan gembala, jangan salahkan gembalanya. Sebab yang terpenting bukan soal benar atau salahnya, tapi bagaimana seseorang meresponinya. Respon yang salah bisa berakibat salah, meski orang tersebut benar. Jadi penting untuk tetap menjaga sikap yang baik.
Memang, bila mengandalkan kekuatan sendiri sepertinya tidak bisa. Tapi dengan pertolongan Roh Kudus, pasti mampu. Jangan biarkan iblis mengambil keuntungan atas hidup kita karena rasa kecewa tersebut. Masa karena keinginannya tidak terlaksana sampai mundur bahkan menyalahkan Tuhan. (Tony Tedjo – agapemedia.blogspot.com)
Selasa, Februari 12, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar