Kamis, Agustus 02, 2007

Menjadi Saksi yang Hidup

Dalam sebuah ibadah, pemimpin pujian memberi kesempatan kepada jemaat yang hadir untuk memberikan kesaksian mengenai kebaikan Tuhan yang sudah dialami. “Sambil menunggu, kita akan menyanyikan lagu Jangan Lelah,” ujar pemimpin pujian. Lagu tersebut selesai dinyanyikan, namun belum ada satupun jemaat yang mau ke depan untuk bersaksi. Dan akhirnya, sampai ibadah itu berakhir, tidak ada seorang pun yang bersaksi.
Kejadian semacam itu kerapkali terjadi di hampir semua tempat ibadah. Mengapa orang-orang tidak mau bersaksi? Ada berbagai alasan, “rasanya biasa-biasa aja tuh, tidak ada yang hebat”, “saya takut bila bersaksi di depan orang banyak dianggap sombong”, atau “saya tidak biasa berdiri di hadapan orang banyak, grogi.” Pendapat-pendapat seperti itu sering terdengar.
Bersaksi berasal dari kata dasar saksi. Saksi adalah orang yang memberi kesaksian tentang sesuatu yang ia sendiri telah melihatnya. Biasanya istilah ini sering digunakan dalam pengadilan, yang berkaitan antara saksi dan tersangka yang menjadi pelaku dalam peristiwa tertentu.
Dalam bidang rohani, istilah saksi berkaitan dengan apa yang sudah seseorang rasakan dan alami bersama dengan Tuhan Yesus dalam hidupnya. Ada banyak ayat yang menuliskan mengenai bersaksi: Mazmur 50:7; Lukas 21:13; Yohanes 3:11; 4: 39; 5:31; 8:18; Kisah Para Rasul 8:25; 10:42; Galatia 4:15; 2 Timotius 1:8; Wahyu 1:2.
Tuhan Yesus memberikan perintah kepada kita untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Memberitakan segala kebaikan, perlindungan, penyertaan, dan keselamatan yang sudah diberikan Tuhan Yesus kepada kita dan yang sudah dialami dalam kehidupan kita. Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan (2 Timotius 1:8).
Bersaksi tidak selalu harus pada waktu ibadah atau di depan orang banyak. Bersaksi bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Ini adalah kesaksian hidup kita. Orang bisa melihat kehidupan sehari-hari kita yang tampil berbeda dengan kebanyakan orang. Yang selalu mengucap syukur dengan segala keadaan, baik buruk maupun baik. Dan terlebih lagi, yang selalu bergembira karena sudah mendapatkan kepastian keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Dalam Yohanes 4:1-42 mengenai kehidupan perempuan Samaria yang mengalami perubahan hidup setelah berjumpa dengan Yesus Kristus secara pribadi. Seorang yang hina dan terbuang dari masyarakatnya diangkat oleh Yesus menjadi mulia. Kepuasaan rohani dan jasmaninya terpenuhi. Apa yang sudah dia rasakan dan alami di dalam Yesus, dia saksikan kepada orang-orang di kotanya (Yohanes 4:28-30), sehingga mereka pun bisa berjumpa dengan Yesus dan mengalami hal yang sama dengan yang dia telah alami. “Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus … Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: ‘Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Yohanes 4:40-42).
Mengapa orang-orang Samaria yang mendengar kesaksian dari perempuan Samaria mengenai Yesus mau datang kepada-Nya? Karena mereka melihat perubahan drastis yang sudah dialami perempuan tersebut setelah perjumpaannya dengan Yesus di sumur Yakub. Perempuan ini tadinya tidak berani tampil di depan umum, sebab orang banyak pasti akan mengolok-olok dan mencacinya. Dia menderita social guilt karena profesinya sebagai pelacur. Tetapi mengapa sekarang perempuan ini malah mau bersaksi tentang Yesus di hadapan orang banyak tanpa malu sedikitpun. Pasti ada sesuatu yang luar biasa. Hal inilah yang menarik minat orang-orang Samaria di kota Sikhar untuk datang kepada Yesus. Akhirnya, melalui kesaksian hidup perempuan Samaria ini, orang-orang Samaria banyak yang dimenangkan bagi Tuhan Yesus.
Marilah kita menjadi saksi-Nya. Bersaksi bukan melalui kata-kata saja, tetapi melalui kehidupan sehari-hari. Biarkan orang lain menilainya. Dan melalui kesaksian hidup kita, mereka tertarik untuk datang kepada Yesus. Dengan harapan mereka pun bisa mengalami seperti yang kita alami. Selamat menjadi saksi-saksi hidup-Nya! Tuhan Yesus memberkati. (Oleh Tony Tedjo)

Tidak ada komentar: