Minggu, Juli 29, 2007

KELUARGA YANG MERDEKA

Keluarga merupakan unit sosial pertama yang dirancang Allah. Keluarga ini pulalah yang mendapatkan perhatian penting dari Allah sejak dahulu hingga sekarang. Menurut definisi katanya, “keluarga” mempunyai pengertian satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat yang terdiri atas ibu bapak dengan anak-anaknya. Definisi ini tak menutup kemungkinan bagi keluarga yang hanya terdiri dari suami dan isteri.
Berkenaan dengan kemerdekaan, di dalam sebuah keluarga diperlukan adanya kemerdekaan. Merdeka berarti bebas, tidak terkena atau lepas dari tuntutan. Satu dengan yang lain ada kebebasan. Dalam hal ini bebas bukan berarti dapat berbuat seenak-enaknya. Bebas yang dimaksud adalah bebas yang bertanggung jawab, artinya harus sesuai dengan hak-hak dan kewajibannya dalam keluarga. Seorang ayah wajib memberi nafkah isteri dan anak-anaknya; seorang isteri wajib merawat dan memelihara anak-anaknya; serta seorang anak wajib mematuhi nasehat kedua orangtuanya. Kewajiban ini merupakan suatu tuntutan yang merdeka, artinya mau tidak mau hal ini harus dilakukan dan seharusnya dijalankan dengan sukarela dan bertanggung jawab. Tanpa adanya paksaan dan tuntutan.
Sekarang timbul masalah, apabila hal ini tidak dijalankan dengan benar. Atau apabila salah satu anggota, misalnya sang ayah merasa keberatan untuk menafkahi isteri dan anak-anaknya, maka dalam menjalankan kewajiban ini akan disertai dengan persungutan. Demikian pula tidak menutup kemungkinan terjadi anggota keluarga lainnya yang menuntut dirinya untuk terlepas dari kewajibannya. Bila ini terjadi, maka sebuah keluarga akan menjadi kacau dan berantakan.
Ada tiga hal yang seharusnya dipahami oleh setiap anggota keluarga dalam usahanya untuk mencapai sebuah keluarga yang merdeka, yaitu:
1. Adanya unsur kasih yang menjadi pengikat antar anggota keluarga (I Korintus 13:4-7). Kasih memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan seorang Kristen, baik secara umum maupun secara khusus dalam hubungan antar-anggota keluarga. Tanpa kasih, maka kesalahpahaman-kesalahpahaman akan berakhir pada pertengkaran. Dan bila ini terjadi antara suami dan isteri dapat berujung pada perceraian. Kasih inilah yang dapat meredakan amarah dari mereka yang bertikai dan dapat menjadi perekat untuk berdamai kembali.
2. Berjalan sesuai dengan hirarki keluarga Kristen. Dalam hirarki ini bagian atas ditempati Allah Bapa, di bawahnya Yesus Kristus, kemudian suami atau ayah, di bawahnya isteri atau ibu, dan yang paling bawah adalah anak-anak (I KOrintus 11:3; Efesus 5:22, 23, 25, 28; 6:1; Kolose 3:18-20). Seorang suami atau ayah punya kedudukan lebih tinggi dari isteri atau ibu. Tidak boleh seorang isteri atau ibu di atas suami atau ayah. Ini menyalahi ketetapan Allah. Seorang anak posisinya tidak boleh di atas ayah atau ibunya, apalagi di atas kedua orangtuanya. Ini sangat menyalahi aturan Allah. Bila masing-masing anggota keluarga menyadari akan hal ini maka kemerdekaan akan tercipta. Seorang isteri dengan rela menundukkan dirinya kepada suaminya. Seorang anak dengan tanpa paksaan menghormati dan menuruti nasehat kedua orangtuanya.
3. Menciptakan suasana yang nyaman dan aman di rumah. Kenyamanan dan keamanan didambakan oleh setiap anggota keluarga. Suami atau ayah, isteri atau ibu, dan anak-anak mengharapkan suasana seperti ini. Keadaan ini menghilangkan kebiasaan buruk dengan berbagai dampak negatifnya sebagai dampak ketidaknyamanan mereka untuk berada di rumah. Suami atau isteri bisa saja kecantol dengan WIL atau PIL lain yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman padanya. Anak-anak pun bisa saja terbawa dengan arus pergaulan yang buruk, akibat jarangnya mereka tinggal di rumah dan kurangnya perhatian kedua orangtuanya.
Memang, tidaklah mudah menciptakan sebuah keluarga yang merdeka. Akan tetapi, jangan pernah menyerah. Berusahalah agar impian untuk mendapatkan keluarga yang merdeka itu dapat tercapai. Di mana tiap anggota keluarga merasa merdeka dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing di keluarga mereka. Semoga usaha dan kerja keras ini dapat mewujudkan impian kita selama ini. (by: Tony Tedjo)

Tidak ada komentar: