Selasa, April 28, 2009

Menang Atas Pencobaan


Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti pernah mengalami pencobaan. Pencobaan itu merupakan suatu pengalaman yang dialami oleh setiap orang dalam mengikuti yesus. kata yang memiliki arti hampir sama, yaitu ujian. Ada persamaan dan perbedaan di antara pencobaan dan ujian.
Persamaan ujian dan pencobaan adalah kehadirannya sama-sama tidak enak bagi tubuh dan keduanya bisa menimpa setiap orang tanpa pandang bulu. Sedangkan perbedaannya adalah ujian berasal dari Tuhan sedangkan pencobaan berasal dari iblis atau setan dan diri sendiri. Ujian bertujuan untuk memurnikan iman seseorang, sedangkan pencobaan bertujuan untuk menjatuhkan atau menghancurkan kehidupan seseorang.
Dalam Yakobus 1:2-4 menuliskan "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."
Dari firman Tuhan tersebut kita bisa mengetahui bahwa setiap pencobaan atau ujian yang datang menimpa kita itu bertujuan untuk membuat kita semakin lebih tekun lagi dan menjadikan kita sempurna.
Allah mengetahui setiap keberadaan hidup kita, termasuk di saat kita sedang mengalami ujian dan pencobaan. Semua pencobaan yang menimpa diri kita itu atas seijin dari Tuhan. Janji firman Tuhan yang menghiburkan kita yaitu bahwa "setiap pencobaan yang kamu alami tidak melebih kekuatan manusia, pada waktu kamu dicobai, Allah memberikan jalan keluarnya, sehingga kita mampu untuk menanggungnya" (I Korintus 10:13).
Matius 4:1-11 menunnjukkan adanya level dalam pencobaan yang menimpa Yesus, yaitu: Level satu, Yesus disuruh mengubah batu menjadi roti. Hal ini berbicara masalah jasmani (kebutuhan perut). Yesus memang memerlukannya, sebab Dia baru saja berpuasa 40 hari, dan Dia juga sebenarnya mampu untuk melakukan apa yang dikatakan iblis. Tetapi Yesus tidak menuruti kehendak iblis. Ada banyak orang yang terjatuh dalam level ini. Sehingga ketika datang tawaran yang berhubungan dengan hal ini, orang tersebut pergi meninggalkan Tuhan. Hal ini tidak boleh terjadi.
Level kedua, Yesus disuruh untuk menjatuhkan diri dari bangunan bait Allah. Memang, seandainya Yesus menjatuhkan diri-Nya dari bangunan bait Allah, pasti para malaikat-Nya akan menatang Dia. Sehingga orang-orang yang berada di bawah akan melihat perbuatan spektakuler yang sudah dilakukan Yesus. Tetapi hal ini bisa membuat Yesus menjadi sombong. Orang seringkali mendambakan popularitas dan ketenaran, namun kita tidak boleh terjatuh dalam dosa kesombongan.
Level ketiga, Yesus disuruh menyembah iblis dengan iming-iming akan diberikan kekayaan dan kemegahan dunia ini. Padahal sebenarnya iblislah yang seharusnya menyembah kepada Yesus, yang adalah Allah sendiri. Tetapi ada sebagian orang yang terjatuh ke dalam level ini. Hanya demi mendapatkan harta kekayaan dunia, beberapa orang berusaha mendapatkannya dengan cara menyembah iblis dan menjadi budaknya. Tidak boleh hal seperti ini terjadi.
Yesus menang menghadapi pencobaan, kaarena Dia menggunakan senjata ampuh, yaitu Alkitab. Matius 4:4; 7; 10) "sebab ada tertulis."Sebab ada tertulis".
Apabila kita hendak menang atas setiap godaan yang ditawarkan oleh dunia atau oleh iblis, maka kita harus senantia membaca, merenungkan dan menjadikan firman Allah sebagai senjata rohani untuk mengalahkan segala bentuk tipu muslihat iblia atau berbagai tawaran kemewahan dunia ini.
Dalam Ayub 1:1-12 dan 2:4-7 dikisahkan mengenai kehidupan seorang hamba Tuhan yang saleh dan jujur, namun ditimpa kemalangan, berupa ujian dan pencobaan. Di satu sisi, Ayub mendapatkan ujian dari Allah agar imannya semakin lebih sempurna dan murni. Di sisi lain, dia menghadapi cobaan dari iblis yang hendak menjatuhkan dan menghancurkan dirinya. Tetapi, Ayub bisa menang menghadapi semua itu, meski semua yang dimilikinya baik harta, anak, istri, dan dirinya sendiri ditimpa penyakit kusta. Semua dapat dilaluinya dengan berujung pada kemenangan. Pada akhirnya kehidupannya dipulihkan oleh Tuhan dua kali lipat dari keadaannya yang sebelumnya.
Dari kisah Ayub ini, kita dapat belajar mengenai empat hal, yaitu: Pertama, Tuhan mengijinkan datangnya pencobaan dengan tujuan agar seseorang menjadi tekun dan sempurna. Kedua, pencobaan bisa menimpa siapa saja, termasuk orang yang saleh dan jujur. Perbedaannya, bagi orang saleh, iblis harus minta ijin terlebih dahulu kepada Allah untuk mencobai orang yang dikasihi Allah. Sedangkan bagi orang yang di luar Kristus, iblis tidak perlu minta ijin dahulu. Ketiga, pencobaan ada tingkatannya dimulai dari harta benda, anak-anak, istri meninggalkannya, dan tubuhnya kena penyakit barah (kusta). Keempat, pencobaan yang dialami masih dalam batas kemampuan.
Pencobaan dan ujian bisa saja menimpa setiap orang, termasuk saudara dan saya, akan tetapi kita bisa menang atas semua ini. Ada 4 kunci supaya kita bisa menang mengatasi pencobaan, yaitu:
Pertama, tetap melekat dengan Tuhan (Yohanes 15:5). Melekat erat seperti dahan pohon yang menempel pada batang pohon. Ketika ranting tersebut melepaskan dirinya dari dahan pohon, maka dengan sendirinya ranting ini akan menjadi kering dan mati. Sebab tidak memperoleh asupan makanan dan minuman yang cukup. Demikian juga dengan kita, bila tidak melekat kepada Tuhan, akan menjadi kering dan mati rohani.
Kedua, hidup takut akan Tuhan (Mazmur 111:10). Hidup yang didasari takut akan Tuhan akan membuat kita jauh dari memegahkan diri sendiri. Semakin kita kata, memiliki jabatan yang lebih tinggi, mendapat gelar yang banyak, atau berhasil dalam sesuatu bidang, maka haruslah kita takut akan Tuhan. Ini adalah dasar keberhasilan hidup kita dalam segala bidang.
Ketiga, mengandalkan Tuhan selalu (Yeremia 17:7). Mengandalkan Tuhan itu sangat penting. Bila mengandalkan kepada kekuatan, kekayaan, kecakapan sendiri atau pada manusia, maka semuanya itu terbatas. Suatu kali semua itu akan tiada dan berubah, tetapi bila mengandalkan Tuhan, Dia tidak pernah berubah. Tidak akan pernah mengecewakan bila kita senantiasa mengandalkan Dia dalam setiap perencanaan maupun pekerjaan yang dikerjakan.
Keempat, ingat selalu bahwa segala sesuatu adalah bagi kemuliaan Tuhan saja (Roma 11:36). Sangatlah penting untuk mengingat bahwa semua keberhasilan yang sudah diperoleh adalah bagi kemuliaan Tuhan semata-mata. Biarlah hanya nama-Nya yang ditinggikan dan dimuliakan. Dalam hal ini, Allah menghendaki agar kita juga menjadi saluran berkat bagi orang lain yang sedang membutuhkan, supaya mereka bisa merasakan kebaikan Tuhan melalui diri kita. (Pdp. Tony Tedjo, M.Th adalan Ketua Sekolah Menulis Alkitabiah/SOW, Ketua Komunitas Penulis Rohani/KPR, penulis beberapa buku diantaranya Menulis Seni Mengungkapkan Hati dan Menerbitkan Buku Renungan. Telpon 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com)

Tidak ada komentar: